Amed, Bali - Indonesia
Seharusnya artikel diving di Amed ini sudah saya publish di
bulan Mei tahun lalu. Tapi karena sifat procastinate yang luar biasa membuat
artikel ini baru publish hari ini. Pemalas! Haha.
Masing - masing diver memiliki destinasi dive favorite-nya. Sudah tidak diragukan lagi, Indonesia selalu menjadi destinasi
utama para diver seluruh dunia untuk berkunjung ke dive site favorite-nya. Pada
majalah Scuba Diver Australasia versi bahasa, Indonesia memiliki semua jenis
dive populer seperti wreck dive (kapal karam), makro/critter (mahluk
mikro bawah laut), photography underwater dan beberapa lainnya. Bali, memiliki hampir semua yang masuk kedalam kategori best
dive.
Starting point saya adalah Tulamben. Mengendarai
mobil bak terbuka selama 30 menit melewati daerah hijau sekitar Amed adalah
bonus untuk saya yang baru mengenal diving. Dive guide saya memilih daerah Seraya, tujuan kami adalah makro diving. Kami menggunakan jukung dari pinggir pantai menuju dive site. Jukung adalah perahu tradisional yang dibuat dari kayu
gelondongan (Kayu utuh), lalu dibentuk dan disambung menjadi sebuah perahu nelayan kecil. Kalau kebanyakan orang menggunakan boat dari pinggir pantai menuju dive site, dinamakan boat dive. Kalau saya disebut Jukung dive. Hahaha, No No, gak ada yang namanya Jukung dive. Hanya ilustrasi saja, dari jukung saya langsung nyebur kelaut.
Untuk novice diver seperti saya, ada keajaiban kecil
yang baru saya kenal saat menjadi diver. Yaitu hewan mikro yang ukurannya super
mini tetapi dalam dunia diving kami memanggilnya Makro. Makro diving? Coba cari di Google gak ketemu, jadi tanya langsung sama mentor saya. Menurut salah satu mentor saya, Ms. Annabel Thomas, disebut makro karena para underwater photographer harus "zooming" berkali-kali untuk mendapatkan gambar hewan critter ini. Photographer harus memiliki peralatan photography yang proper untuk mendapatkan hasil yang menawan para hewan makro. Asing awalnya bagi
saya, karena saat berangkat diving, saya tidak berbekal ilmu diving yang
pantas. Iya, diver tapi gak kenal hewan makro yang pasti selalu dicari saat
diving. Mohon maklum, beginner, hehe. Bagi para pecinta photographer
underwater, Amed bisa jadi salah satu best dive spot untuk mendapatkan makro
best shoot. Disini kita bisa bertemu siput laut yang cantik tapi pemalu,
Nudibranch. Atau kuda laut versi super mini yang dipanggl Pigmy Seahorse.
Nudibranch, siput laut, bisa kita jumpai di perairan dangkal, biasanya sudah ditemui dikedalaman 5meter. Berbagai jenis nudibranch bisa kita temui hampir di semua site di Bali. Jenisnya pun berbeda-beda, biasanya dibedakan berdasarkan corak, shape, panjang/ukuran tubuh, dan beberapa lagi. Lebih dari dua juta spesies nudi di dunia, jadi mohon maklum ya si diver gembel ini belum paham betul tiap detailnya. Hohoho.
Nudibranch, Chromodoris Kunei |
Chromodoris Annae |
The lost Chromodoris Magnifica. *lol |
Selain nudibranch, hewan makro yang paling dicari adalah Pygmi Seahorse. Kuda laut versi super mini ini tinggal diantara/didalam seafan. Pygmy pun dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan warna dan ukurannya. Biasanya mereka bisa kamu temui dikedalaman 18 - 20meter bawah laut. Yang saya kenal baru dua jenis, Burgybanty & Dennis, tapi saya cuma punya foto si Burgybanty. Waktu ketemu si Dennis gak bawa kamera. (poor me, hikss)
Burgybant pygmy seahorse. |
Hayoo, kamu ketemu si pygmy gak di gambar diatas? Hohoho. Ayo coba pelototin lagi. Pasti ketemu kalau mata kamu awas. Percaya gak percaya, sampai sekarang saya masih belum bertemu kuda laut nya lho. Lebih susah ketemu kuda laut dari pada pygmy seahorse.
Hewan makro lainnya yang bisa kamu temui seperti ; cek gambar dibawah.
Bubble shrimp |
Harlequin Shrimps |
Squat shrimp |
Peacock Mantis shrimp |
Selain keindahan bawah lautnya, Amed juga menawarkan keindahan alam lainnya
seperti pemandangan gunung Agung.
Latar belakang gunung Agung. |
Bagi saya, daerah Amed bagaikan pelataran megah sebuat istana sang Agung yang berada diatas hamparan rumput hijau nan segar. Bak istana dengan halaman hijau dan taman bermain penuh bunga, dan juga kolam ikannya. Cantik, megah dan mewah, seperti itulah Amed untuk sang Agung. Sekilas mata, gunung Agung tampak seperti gunung Merbabu, garis kontur tanahnya sangat rapat/padat (pengalaman naik dari jalur Chuntel). Ketinggiannya pun hampir sama dengan Merbabu 3000-an meter diatas permukaan laut (MDPL). Pemandangan gunung Agung yang padat meliuk-liuk nan seksi masih bisa kita nikmati hingga daerah Tulamben.
Ahh, Indonesia, keindahan mana lagi yang harus saya temukan?
Amed dari atas bukit |
Keren-keren banget :)) jadi pengin ke sana
ReplyDeleteKalau cuma snorkeling juga bagus lho. :)
DeleteAhhhh foto-fotonya bikin mupeng 👍👍😍
ReplyDeletePiknik om Piknik! Hahaha
DeleteWah photography bawah laut ada istilah makro juga ya...makro memang istilah foto untuk hewan atau tumbuhan yg ukurannya mikro..kudu pake lensa khusus makro kalo pake dslr camera.
ReplyDeleteDuh artikel bagus kayak gini, jd membuat pengen nyemplung sambil bawa kamera deh hehe
Wahaha. Thanks bung infonya. Ternyata makro fotografi itu buat segala jenis mikro object ya.
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete